Oleh: Mirza Gholam Mohammad *)
Apabila kita cermati sangat banyak persoalan dalam kehidupan kita ini timbul sebagai akibat dari ketidak-mampuan kita bersikap dan bertindak secara proporsional. Ketidak-mampuan ini kemudian menyebabkan seseorang lebih sering melihat segala persoalan dari sisi kepentingan pribadinya. Padahal di dalam suatu komunitas apabila setiap anggota komunitas selalu melihat setiap persoalan dari sisi kepentingan pribadinya masing-masing – dan karena kepentingan individu yang satu berbeda denga kepentingan individu yang lain – maka terjadinya benturan kepentingan antarindividu adalah sebuah keniscayaan. Yang demikian tentu saja sangat tidak menguntungkan di dalam membangun keserasian dan keselarasan dalam sebuah komunitas. Banyak contoh yang bisa kita renungkan mengenai hal ini.
Seorang siswa yang berkepentingan dengan suasana kelas yang tenang untuk bisa berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas akan sangat terganggu oleh kegaduhan yang ditimbulkan oleh siswa lain yang berkepentingan mengumbar keisengannya.Dalam sebuah kendaraan umum – seorang penumpang yang berkepentingan untuk menjaga kesehatannya – tentu sangat terganggu oleh asap rokok yang ditimbulkan penumpang lain yang berkepentingan menunaikan hajat merokoknya. Seseorang yang berkepentingan dengan keinginan tertentu (walaupun melanggar tata-aturan) sangat merasa terganggu ketika diingatkan orang lain yang berkepentingan untuk menegakkan tata-aturan tersebut. Bahkan sebuah kebenaran yang disampaikan oleh pihak tertentu dianggap salah oleh pihak lain yang punya kepentingan tertentu. Dan . .. masih sangat banyak lagi contoh yang apabila ditulis akan menghabiskan seluruh halaman media ini.
Untuk menghindari terjadinya benturan kepentingan antarindividu bahkan antarkelompok yang satu dengan lainnya sebenarnya sangat mudah, yakni bersikap dan bertindak secara proporsional. Sebuah ungkapan yang mudah untuk dikatakan tetapii ternyata sangat sulit untuk dilakukan. Terbukti sangat banyak orang yang tidak mampu bersikap dan bertindak secara proporsional dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan seringkali kita marah ketika diingatkan pihak lain karena kesalahan kita, walaupun nurani kita mengatakan tidak seharusnya kita bersikap demikian. Kita tidak mampu jujur dan obyektif menerima kata hati lantaran kesombongan kita.
Sikap dan tindakan proporsional pada hakekatnya adalah sikap dan tindakan yang didasari nilai-nilai kejujuran dan obyektivitas yang tinggi. Jujur dan obyektif untuk membuat penilaian terhadap suatu permasalahan, termasuk jujur dan obyektih mengakui kebenaran kata hati kita.
Tentu saja bersenang-senang adalah hak setiap siswa, tapi mendapatkan suasana tenang adalah juga hak siswa yang lain. Merokok adalah juga hak setiap orang, namun dengan kejujuran dan obyektivitas mestinya kita mampu mengakui bahwa mendapatkan udara yang sehat adalah juga hak bagi setiap orang. Setiap orang berhak untuk berbuat apa saja, akan tetapi tata-aturan yang sudah menjadi norma di dalam komunitas juga harus dihargai. Setiap individu boleh memiliki kepentingan, namun kepentingan yang lebih besar harus dijunjung tinggi. Yah . . ., harus kita akui bahwa untuk bersikap dan bertindak proporsional ternyata memang tidak mudah. Untuk dapat bersikap dan bertindak proporsional memang membutuhkan kebesaran jiwa. Selamat belajar melatih diri.*) Ketua Umum ISPI Cabang Cilacap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar